Anyeonghaseo ...
Rasanya sudah lama sekali tidak menulis bebas
di blog, kok ada kangen-kangennya gitu ya hehe. Baiklah izinkan saya curhat
ceria ya, semoga bisa diambil hikmahnya bersama.
Pernah tidak sih mendengar ucapan, “Ngapain sih
sekolah tinggi-tinggi toh ujung-ujungnya di rumah juga?” (apalagi bagi
perempuan). Atau kalimat yang seperti ini, “Tuh si A Cuma sekolah sampai SD (pendidikan
rendah) juga bisa kaya (sukses), ngapain susah-susah kuliah.” Kalau
kalimat-kalimat itu belum mendarat di telinga Anda, selamat Anda beruntung.
Karena efeknya bisa bikin ngedumel sebel gimana gitu (kalo saya pribadi sih gitu).
Apalagi kalau sudah ada contoh konkritnya, misalnya ada tetangga yang mengalami
nasib seperti itu. Duh makin menggebu-gebu deh semangat orang jahil mencuci
otak kita (kok terdengar kejam ya).
Memang sih setiap orang bebas berpendapat dan
cara berpikir pun berbeda-beda. Tergantung alasan pribadi masing-masing.
Misalnya saja mungkin ada yang berpikir mending uang buat biaya kuliahnya dipakai
untuk wirausaha daripada kuliah susah-susah tapi salah jurusan pula, lulus
bingung mau ke mana (ini pendapat seseorang yang tidak perlu saya sebutkan
namanya). Nah untuk tim yang menjunjung sekolah tinggi alasannya pun macam-macam, ada yang
bilang untuk melaksanakan kewajiban menuntut ilmu,
demi kebaikan karier di masa depan, menambah wawasan, menambah pengalaman,
merubah pola pikir, atau mungkin ada yang beralasan untuk mencari jodoh (eh
kalo ini bonus kali ya).
Khusus bagi perempuan ada pendapat tambahan nih,
ada yang bilang perempuan itu madrasah pertama bagi anaknya makanya harus
banyak belajar. Atau perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk mengungguli
suami tapi untuk membangun generasi.
Balik lagi ke pembahasan awal, jadi dulu saya
suka sebal kalau mendengar kalimat-kalimat yang membuat semangat untuk terus
bersekolah turun drastis. Mungkin karena faktor saya orangnya baperan,
kadang dalam hati saya cuma menanggapi sinis, “Ya suka-suka saya sih.” Saat itu
saya belum bisa berpikir dari sudut pandang yang lain, kadang malah terkompori
hasutan tersebut. Sampai akhirnya kemarin saya membaca tulisan
tentang apa yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan negara tercinta Indonesia, Susi Pudjiastuti, dalam acara talkshow Gen Milenial Bicara Pancasila
pada tanggal 2 Maret 2019. Saya menemukan kalimat yang rupanaya mampu menjawab
kekesalan hati saya.
“Sekolah saya tidak tinggi. Maka, saya menutup
kekurangan dengan banyak membaca. Tirulah saya. Meniru yang banyak membaca,
bukan sekolah yang tidak tinggi.”
 |
instagram.com/tribun_jatim |
Sekilas saya hanya menangkap pesan tentang
pentingnya aktifitas membaca dari kalimat tersebut (ini penting banget, membaca buku atau tulisan
berfaedah tapi ya bukan sekedar membaca status doi). Tapi setelah merenung,
saya tertarik dangan bagian terakhir. Meniru yang banyak membaca, bukan
sekolah yang tidak tinggi. Langsung dalam hati saya berteriak, “Hei
harusnya dulu kamu menanggapi hasutan itu dengan kalimat semacam ini.”
Begini, jika ada kasus seseorang yang
berpendidikan rendah bisa kaya (sukses) bukan berarti kita harus ikut-ikutan
berpendidikan rendah, melainkan meniru bagaimana kunci dia bisa sukses. Mungkin
dia bisa berhasil karena bekerja keras, fokus dalam passionnya, atau
dengan tambahan dia rajin ibadahnya. Jika semua kunci itu diaplikasikan
ditambah pendidikan lebih tinggi lagi tidak menutup kemungkinan dong kita bisa
jadi manusia yang lebih bermanfaat lagi. Bukan lagi sukses untuk diri sendiri tapi juga
orang lain.
Ada yang bilang pengalaman itu adalah guru terbaik.
Tapi seperti yang kita ketahui, umur itu terbatas jadi rasanya tidak
memungkinkan untuk merasakan semua kejadian atau persoalan hidup yang membuat
diri kita jadi berpengalaman. Maka dari itu belajar dari pengalaman orang lain
itu perlu. Nah, setiap manusia pasti punya cela, artinya kita tidak bisa meniru
pengalaman orang lain secara mentah-mentah. Oleh karena itu kita harus cerdas
memilah. Yuppp, ambil baiknya buang buruknya.
Demikian sharing
dari saya, terima kasih sudah membaca. Ditunggu komentarnya :)
Wuuh quote nya bu susi buat aku sadar
BalasHapusDuh iya nih master 😂
HapusBaca-baca dulu, tulis-tulis kemudian... mantap kak artikelnya
BalasHapusTerima kasih Kak Dym yang selalu memotivasi 🤗
Hapus