Aku mengenalnya hampir tiga bulan. Gadis ayu
berkaca mata yang selalu menunggu di samping gapura setiap pagi. Jika tidak
salah tebak mungkin umurnya berkisar 20-an. Tubuhnya mungil bahkan aku tak
merasakan berat apapun saat membawanya. Senyum manisnya merekah, bahagianya terlihat
membuncah saat aku datang. Hal itu membuatku sangat berharga. Mencintai tugasku
untuk mengantarnya.
Hampir
lima hari aku tak bertemu lagi dengannya, Bang Jali sakit hingga tak mengajakku
keluar sama sekali. Rindu, aku benar-benar rindu. Pada gadis yang sering
memakai kerudung ungu. Tak lupa ransel kecil bermotif bunga sakura dan sepatu
dengan warna yang senada menjadi teman baiknya. Ah, beruntungnya mereka bisa
membersamai si gadis ayu sepanjang hari. Tidak seperti diriku yang hanya bercengkerama
dengannya beberapa menit saat pagi.
Aku
bersemangat hari ini, kabarnya Bang jali sudah bugar kembali. Tak sabar rasanya
untuk bertemu dengan si gadis ayu lagi. Akhirnya aku keluar dari
persembunyianku. Pukul 6 pagi Bang Jali membawaku ke SPBU terdekat untuk mengisi
tenagaku. Dari sanalah perjalanan kami dimulai. Menuju arah pasar kami
mengantar ibu-ibu yang sepertinya mau menjajakan kue-kuenya. Di sampingnya
duduk seorang anak dengan seragam abu-abu putihnya hendak berangkat sekolah.
Sedikit sepi, tapi tak apa kami masih bersemangat untuk memperjuangkan hari
ini.
Sudah
waktunya, sebentar lagi aku akan bertemu gadis itu. Namun, hatiku hancur saat
tak menemukannya di pinggir gapura. Ah, apakah aku kesiangan. Atau ia kini
berangkat lebih pagi lagi. Khayalku bertemu dengannya musnah sudah. Tapi aku
mencoba berpikir tenang, besok bukan hari Minggu kan? Jika hari ini gagal toh
aku masih bisa bertemunya esok hari. Baiklah, aku mencoba menghibur diri agar
bersabar.
 |
Ngalam.co |
Biasanya
dia duduk di dekat pintu penumpang. Entah apa alasannya hingga membuatnya
memilih posisi tersebut. Pernah sekali ia duduk di samping Bang Jali, mereka
pun mengobrol di sepanjang perjalanan. Hal itu tentu saja membuatku iri,
jangankan bercakap-cakap menyebut namanya saja aku tak sanggup. Sebenarnya aku
bisa berbicara, namun ia tak mungkin mendengarnya. Tak apa, melihat wajah
ayunya saja aku sudah bahagia.
Beberapa
meter setelah meninggalkan gapura kami berhenti lagi, tidak ada orang yang
sedang menunggu di sana. Ku lihat Bang Jali turun, sebelumnya ia meminta maaf pada para penumpang karena hendak mengantar barang sebentar. Tak apa, bapak berkumis itu selalu
menepati janjinya jika ia sudah mengatakan sebentar pasti memang demikian.
Sembari menunggu aku menikmati indahnya pemandangan. Tiba-tiba, sebuah motor
melewatiku. Aku terkejut, bagaimana tidak, yang sedang membawanya adalah si
gadis ayu. Aku bisa mengenalinya meski wajahnya tertutup helm. Jadi ia sekarang
memilih untuk naik motor daripada duduk di bangkuku. Sedih, jadi seperti ini
rasanya ditinggalkan.
#Day53 #ODOPbatch6 #OneDayOnePost
Komentar
Posting Komentar