Malam
itu di samping tempat tidurku
tergeletak sebuah buku yang baru saja dipinjam oleh salah satu temanku. Buku
berwarna hijau tosca karya Utami
Pratiwi. Sebenarnya aku sedang tidak galau, aku pun sudah pernah membaca buku
itu. Tapi entah kenapa jari-jari ini merengek untuk membukanya lagi. Baiklah
akhirnya aku menurutinya. Aku membukanya acak, dari tengah ke belakang lalu ke
depan kemudian berujung ke tengah lagi, semauku sendiri. Sebuah quote dengan font yang cukup besar menarik perhatianku.
“Tidak Semua Orang Terlahir Peka, Maka Bicara adalah
Solusinya”
Berbicara
tentang peka, apa sih peka itu? Menurut KBBI peka memiliki arti 1
mudah merasa; mudah terangsang; 2 mudah bergerak (tentang neraca
peralatan mekanis); 3 tidak lalai; 4 mudah menerima atau
meneruskan pengaruh (cuaca dan sebagainya). Menurut asumsi saya, quote di atas kata peka lebih cocok
diartikan sebagai mudah merasa. Tidak semua orang mudah merasa (merasa jika kita lagi
jengkel sama dia, merasa jika kita sedang sedih, merasa jika kita butuh
bantuan, merasa jika kita menunggu sebuah kepastian dll). Bagaimana perasaan
kita jika berada di posisi demikian? Sedih iya pasti sedih. Tapi jika kita
membuka pikiran dengan lapang, dalam kondisi ini yang salah siapa sih? Kita
sudah berbicara langsung belum tentang apa yang kita rasakan terhadap orang
yang kita harapkan pengertiannya. Jika belum, mungkin cuplikan di bawah ini
memberikan titik terang.
“Ingat temanmu bukan Tuhan yang Maha Tahu segalanya. Tanpa
kamu cerita mereka tidak akan paham dengan persoalan yang menimpamu. Jadi
jangan baper karena merasa teman-temanmu tidak paham dengan kondisimu.”
Ya kita perlu bicara, kita
perlu brcerita tentang apa yang kita alami. Agar teman-teman kita pun mmahami. Coba
kita ingat lagi, saat teman kita menanyakan kabar kita, biasanya secara reflek
kita akan menjawab ‘baik’. Ketika ditanya lebih lanjut,
“Kamu kenapa?”
“Nggak papa aku baik-baik
saja,” begitulah jawabannya. Padahal tidak jarang sebenarnya kita sedang tidak
baik-baik saja. Tapi karena kita menjawab demikian teman kita bisa saja merasa
bahwa kita memang baik-baik saja. So, come on guys yuk ubah sikap kita agar
lebih terbuka dengan teman. Agar tidak terjadi salah paham di antara kita. Dengan
catatan orang tersebut memang sudah dekat dengan kita ya dan tentunya orang
tersebut bisa dipercaya untuk menjaga rahasia kita.
“Hapus kata aku baik-aik saja”, ada yang bilang ucapan
aku baik-baik saja sebenarnya bermakna kebalikan dari ucapan tersebut. Jika
memang kamu merasa sedang tidak baik maka ungkapkan keresahan atau masalah yang
sedang dihadapi. Misalnya kepada teman, yang tentunya dengan senang hati
membantu.”
Sebenarnya, masih banyak pembahasan
lain dari buku itu. Jika kalian ingin tahu lebih jauh tentang isinya, silakan
dicari saja buku dengan judul dengan judul yang cukup menarik
yaitu Jangan Baper Ramuan Jitu
Anti Galau. Semoga bermanfaat.
#Day10 #ODOPbatch6 #OneDayOnePost
Komentar
Posting Komentar