Siang tadi aku
menyempatkan diri merapikan laci meja kantor yang berantakan. Kupunguti barang-barang
yang seharusnya tak tinggal di dalamnya. Beberapa aku kembalikan ke rumahnya
masing-masing, yang terakhir aku lemparkan ke dalam tempat sampah yang sedari
tadi tutupnya terbuka lebar seperti kelaparan saja. Ruang kecil berbentuk persegi
itu kini lebih longgar, aku pun jadi lega.
“Kenapa tidak dari kemarin
saja dibereskan?” aku menggerutu malu.
Sesaat mataku menangkap
hal menarik yang terselip di antara map merah, hatiku berteriak menyuruhku
untuk segera mengambilnya. Aku hanya pasrah mengiyakan. Aku mengubah posisi
dudukku, membuat kedua tanganku lebih nyaman untuk membuka lipatan kecil itu. Benar,
itu adalah sesuatu yang istimewa, pantas saja aku begitu tergoda.
Waktu itu aku sedang
asyik memperagakan cara membuat lipatan plastik bekas yang rapi bersama
adik-adik magang, sebuah ilmu yang aku dapatkan dari teman sekamar kosku dulu. Tiba-tiba
pintu ruanganku berderit, kami menoleh, dalam hati aku menerka sepertinya
pekerjaan baru menghampiri.
“Ini amplop buat kamu
saya taruh meja ya,” suara teman sekantorku terdengar nyaring.
Adik-adik berseragam SMA
itu saling bersitatap, lalu bergantian menduga-duga apa isi dari amplop itu.
Aku tertawa geli melihat ekspresi dari mereka, lalu mengajaknya untuk segera
menyelesaikan lipatan-lipatan plastik warna-warni itu. Setelah kembali ke meja
kerjaku aku menimang-nimang amplop putih kecil dengan corak warna merah biru di
pinggirnya. Sejenak aku menerawangnya dan pada akhirnya karena penasaran aku
membukanya.
Kebahagiaan itu siang
tadi masih tersisa, sama seperti saat pertama aku membukanya. Sebuah kertas
putih dengan goresan tinta biru, yaa itu adalah tulisan tangan, sesuatu yang
membuatnya semakin berharga. Inti dari rangkaian kalimat dalam kertas itu
adalah ucapan terima kasih atas kontribusi kami dalam menyelesaikan pekerjaan
khusus yang sangat menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Tulisan itu ditulis
langsung oleh pemilik perusahaan di mana aku saat ini bekerja. Penggunaan
Bahasa Indonesia di dalamnya membuatnya semakin menarik, bagaimana tidak, bos
kami adalah seorang bule artinya beliau pasti membutuhkan upaya yang lebih
dalam merangkainya. Dalam sekejap isi amplop itu mampu membuatku memiliki
kepercayaan diri yang lebih, agar aku membuang jauh-jauh pemikiran bahwa aku
hanyalah remehan rengginang yang tidak berharga. Setiap kita adalah istimewa,
setiap kita memiliki kontribusi yang penting dalam peran kita masing-masing.
Tentunya dengan syarat kita harus terus belajar dan mengasah diri agar kita
tidak jalan di tempat. Sesederhana itu ya suatu hal yang mampu membuatku
menemukan kembali motivasi yang sempat bersembunyi.
Hal
lucu pun terngiang dalam benakku ketika aku menutup kembali lipatan kertas itu.
Saat aku makan siang di hari penerimaan amplop, teman-temanku bercerita bahwa
banyak dari mereka yang mengira bahwa isi amplop itu adalah uang bonus. Bahkan
membuat seseorang sangat bersemangat karena dalam waktu dekat ia akan pulang
kampung. Canda tawa mereka membuatku semakin bahagia, sebuah keluarga baru yang
dipertemukan untuk seorang gadis berusia
dua puluh dua, yang dengan terbata-bata mencoba beradaptasi
mencecap pahit asam manis dunia kerja.
#DAFTARODOP6 #OneDayOnePost
Komentar
Posting Komentar